Minggu, 08 Juni 2008

Penghayatan dalam Ekaristi

Saya ingat waktu masih kecil, jika saya sedang mengikuti misa bersama dengan keluarga, saya merasa begitu bosan dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Jika ada kesempatan, saya akan pergi berjalan-jalan keluar dan menghirup udara segar, tapi itupun tidak terlalu sering saya lakukan karena ibu pasti akan mengajak saya untuk duduk tenang di dalam Gereja. Saat duduk di bangku sekolah dasar, saya sering menolak ajakan orang tua untuk pergi ke Gereja dengan berbagai alasan dan memang waktu itu perayaan Ekaristi bagiku tidak memiliki arti apa-apa, selain hanya untuk memenuhi kewajiban sebagai orang Katolik, lagipula saya takut berdosa.

Kemudian menginjak masa SMU saya mulai menyukai lagu-lagu yang dinyanyikan oleh paduan suara dan inilah yang menyebabkan perayaan Ekaristi tidak begitu membosankan seperti ketika waktu masih kecil. Namun tetap saja kalau koor yang bertugas saat itu kurang begitu bagus saya akan mulai merasa tersiksa. Saya agak lupa kenapa pada akhir masa SMA, saya mulai rajin dan tidak harus dipaksa lagi untuk pergi ke Gereja. Mungkin salah satu sebabnya adalah karena saya saat itu mulai bergabung dengan Forum Kontak Pelajar Katolik di Semarang dan pelayanan Sosial "Garam" yang membuatku banyak mengenal biarawan. Saya mulai merasakan sedikit demi sedikit arti pentingnya Ekaristi dan mulai menghayati mulai dari bacaan kitab suci, kotbah dari Pastor, lagu-lagunya dan setiap urutan dari liturgi Ekaristi yang masing-masing memiliki maknanya sendiri.

Setelah saya mulai kuliah saya mulai merasakan ketenangan ketika saya mengikuti perayaan Ekaristi dan ada kerinduan yang mendalam untuk semakin sering mengikuti misa, maka saya sesekali mengikuti misa harian. Memang untuk menghayati Ekaristi tidak hanya sebagai perayaan wajib belaka namun merupakan perwujudan dari kerinduan kita untuk bertemu Yesus dan merasakan kehadiarannya lewat hosti suci yang kita santap tidaklah mudah. Butuh waktu bertahun-tahun bagiku untuk dapat sampai pada tahap itu dan bahkan sekarang pun saya terkadang masih terlalu memperhatikan hal-hal remeh. Misalnya saya melihat dulu siapa pastornya atau siapa yang bertugas sebagai paduan suara, atau saya memilih untuk ke paroki yang perayaan Ekaristinya berlangsung dengan cepat. Tapi terlepas dari semua itu saya terus berusaha untuk dapat terus merayakan Ekaristi dengan layak. Saya mencoba untuk membawanya dalam doa dan ditambah dengan adorasi di depan sakramen Mahakudus.

Saya menulis ini karena saya sering mendengar bahwa ada beberapa orang yang mengeluh ketika mengikuti Misa dengan berbagai alasan. Kotbahnya yang membosankan, liturginya yang terlalu lama, koornya yang jelek atau karena tidak menyukai Pastor dalam suatu paroki. Ini memang alasan yang manusiawi, bahkan saya rasa sebagian besar umat katolik juga menyadarinya. Ada juga yang mengatakan bahwa berdoa bisa dimana saja tidak hanya di Gereja saja.Untuk semua alasan tersebut saya hanya bisa mengatakan bahwa perayaan Ekaristi adalah puncak dari kehidupan iman kita sebagai umat Katolik karena disanalah kita mengenangkan kembali perjamuan terakhir seperti yang diperintahkan oleh Yesus sendiri. Dan Yesus memang sungguh-sungguh hadir dalam hosti suci. Adalah sebuah anugerah untuk dapat merasakan kehadiran Yesus dalam perayaan Ekaristi,namun kita juga harus mengusahakannya dengan berdoa dan juga membaca kitab suci, kita juga bisa membaca kesaksian mereka yang diubahkan hidupnya melalui Ekaristi. Kita mengikuti perayaan Ekaristi adalah untuk bertemu dengan Yesus sang Juruselamat dan ketika kita merayakannya, kita bergabung dengan pera malaikat dan orang kudus di surga dan terutama dengan Bunda Yesus, Maria. Terlepas dari siapa imam yang memimpin, sebaik apakah para petugasnya, kita harus mengesampingkan semua itu dan sungguh-sungguh larut dalam perayaan Ekaristi. Berdoalah dan mohonlah pada Tuhan untuk menumbuhkan dalam hati kita kerinduan akan Ekaristi.

1 komentar:

welly mengatakan...

PF
Good writings
Keep writes
semangat berbagi to

Berkah Dalem