Rabu, 02 Juli 2008

Kongres Ekaristi

Pada tanggal 28-29 Juni 2008 kemarin, saya bersama seorang teman menginap di Gua Maria Kerep Ambarawa yang memang sengaja saya lakukan bertepatan dengan Kongres Ekaristi Keuskupan Agung Semarang. Saya memang bukan peserta resmi kongres, tapi saya juga ingin ikut ambil bagian untuk menyemarakkan acara besar tersebut.
Saya berangkat dari Yogya dan tiba di Ambarawa kira-kira pukul 15.00. Suasana saat itu sangat ramai karena memang kongres sudah dimulai pada hari Jumat tanggal 27 Juni. Karena teman saya berangkat dari Semarang dan belum sampai juga, saya mencoba mengisi waktu dengan berjalan-jalan di sekitar Gua. Di jalan di luar, banyak orang berlalu lalang, entah itu peserta kongres, panitia, atau orang yang sekadar ingin berkunjung ke Gua Maria. Banyak juga penjual makanan seperti saat Novena berlangsung. Saya lalu berjalan menuju ke Gua dan ternyata disana sedang ada latihan sendratari dan paduan suara yang akan bertugas pada Misa hari Minggu bersama Uskup Semarang.
Setelah membersihkan badan saya kemudian berdoa sebentar di hadapan sakramen Maha Kudus. Sebenarnya sebelum saya berangkat, saya bertekad untuk mendoakan suatu permohonan mengenai masalah yang saat ini saya alami, tapi entah mengapa ketika berhadapan dengan Sakramen MahaKudus saya tidak mampu mengucapkan apa-apa dan hanya duduk diam. Entah perasaan apa yang saya alami saat itu, namun saya hanya merasa tidak layak untuk berada di hadapan Yesus.
Malam harinya di lapangan parkir Gua Maria Kerep diadakan panggung gembira dengan serangkaian acara yang menarik. Orkestra dari Seminari Menengah Mertoyudan, SMU Kebon Dalem Semarang dan Den Baguse Ngarso adalah beberapa pengisi acaranya. Namun yang paling ditunggu-tunggu penonton saat itu adalah penampilan dari Nugie sebagai penutup acara. Acara yang dimulai sekitar pukul 18.00 itu ramai oleh pengunjung dari berbagai usia, tidak terkecuali para biarawan biarawati yang menjadi peserta Kongres. Para pengisi acara mampu menghibur para penonton, tapi menurut saya sebenarnya para penonton termasuk saya sendiri mengalami suatu suasana yang mungkin jarang kita alami. Dapat berkumpul dengan saudara seiman dengan diterangi oleh cahaya Roh Kudus. Saya berharap saat itu bahwa semua orang yang hadir dapat mengalami Tuhan yang menyapa hati mereka. Bahkan ketika Nugie tampil, dia mengatakan bahwa dia mengalami perasaan yang sakral dan membuatnya merinding.
Minggu pagi jam 8, acara sudah dimulai dengan sendratari dan paduan suara anak-anak dari dua kelompok. Pukul 09.30 acara selama 3 hari ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Bapa Uskup Ignatius Suharyo. Dalam perayaan Ekaristi Vikjen KAS Romo Pujasumarta juga berkesempatan untuk menyampaikan ucapan perpisahan karena sebentar lagi akan pindah ke Bandung, menjalani tugasnya yang baru sebagai Uskup Bandung. Dengan perayaan Ekaristi, Kongres Ekaristi secara resmi ditutup.
Pengalaman saya mungkin tidak terlalu banyak karena saya bukanlah peserta dan saya juga belum tahu apa hasil resmi dari Kongres tersebut, namun mungkin ada beberapa orang yang mengalami pencerahan setelah mengikuti Kongres tersebut. Harapan saya bahwa tidak hanya Keuskupan Agung Semarang namun juga Keuskupan lain di Indonesia yang kemudian turut menyelenggarakan Kongres Ekaristi. Semoga ada semakin banyak orang yang tersadar dan semakin menghayati perayaan Ekaristi sebagai puncak Iman Katolik.