Jumat, 13 Juni 2008

St. Philomena

St. Philomena adalah satu-satunya orang kudus yang dikenal semata-mata karena mukjizat yang terjadi atas perantaraannya. Tidak ada satupun catatan mengenai riwayat hidupnya. Pada tahun 1802, sisa-sisa tubuh seorang wanita muda, kira-kira berusia 14 tahun ditemukan disebuah katakombe St. Priscilla di Via Solaria.Ditutupi batu-batu dan ada tulisan "Damai besertamu Philomena", disertai gambar 2 jangkar, 3 anak panah dan telapak tangan. Di dekat tulangnya terdapat gelas berisi sisa darahnya. Biasanya didekat makam para martir ditinggalkan simbol, maka tulang-tulang tersebut langsung dikenali sebagai tulang seorang perawan dan martir. Tulang-tulang tersebut kemudian dilupakan karena tidak ada petunjuk mengenai riwayat orang tersebut. Pada tahun 1805, Canon Francis de Lucia dari Mugnano sedang melakukan penelusuran terhadap koleksi langka barang antik orang kristiani, seperti relic di Vatican.Ketika dia menemukan tulang-tulang St. Philomena dia serasa diliputi kedamaian dan kemudian menempatkannya di kapel di Mugnano. Sejak saat itu banyak terjadi mukjizat penyembuhan yang salah satunya terjadi pada (venerabilis) Pauline Jaricot dimana penyakit jantunya disembuhkan. Paus Leo XII kemudian memberi izin untuk membangun altar dan gereja sebagai penghormatan terhadapnya. Paus Gregorius XVI mengumumkan St. Philomena sebagai pelindung Rosario hidup. Kesembuhan paus Pius IX sewaktu masih menjadi Kardinal di Imola juga atas perantaraan St. Philomena. Pada tahun 1849, beliau menobatkan St. Philomena sebagai pelindung anak-anak Maria (Children of Mary). Pesta perayaan diperingati setiap tanggal 11 Agustus.

St. Rita dari Cascia (1381-1457)

St. Rita bersama dengan St. Yudas Tadeus dan St. Philomena adalah perantara bagi hal-hal yang mustahil. St. Rita lahir di Spoleto, Italia pada tahun 1381.Sejak kecil, St. Rita ingin menjadi biarawati, tapi orang tuanya telah menjodohkannya dengan seorang pria. Demi menuruti nasehat orang tuanya, St. Rita bersedia menikahi seorang pria yang memiliki temperamen keras dan sering memperlakukannya dengan kasar. Suami St. Rita mendidik kedua anak lelakinya dengan keras, sehingga kedua anaknya memiliki sifat yang sama dengan ayahnya. Walaupun St. Rita sering diperlakukan dengan kasar, namun dia tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu dengan baik. St. Rita selalu berdoa untuk pertobatan suami dan anaknya.
Setelah 20 tahun menikah, pada suatu hari suami St. Rita ditusuk oleh musuhnya. Di akhir hidupnya suaminya akhirnya bertobat dan kemudian meninggal. Kedua anaknya ingin membalas dendam, namun St. Rita berdoa supaya Tuhan lebih baik memanggil anaknya daripada mereka hidup dalam dosa.Tuhan mengabulkan doa St. Rita. Kedua anaknya sakit dan mereka bertobat lalu mereka meninggal. Setelah semua anggota keluarganya meninggal, St. Rita semakin mendevosikan dirinya untuk berdoa, berpuasa dan melakukan perbuatan-perbuatan baik. St. Rita kemudian masuk ke biara Agustinian di Umbria (Spanyol). Suatu hari ketika sedang berdoa, pada dahi St. Rita menancap duri dari mahkota Yesus dan meninggalkan luka yang dalam dan berbau busuk. St. Rita banyak menderita karenanya dan akhirnya meninggal pada 22 Mei 1457 di usianya yang ke-75. Pada saat meninggal, luka yang ada di dahinya mengeluarkan bau harum. St. Rita sering dilambangkan dengan mawar karena di kebun miliknya, bunga mawarpun tetap dapat berbunga di musim dingin. Pesta perayaan St. Rita jatuh pada tanggal 22 Mei.

Selasa, 10 Juni 2008

St. Nikolas (350)

Natal tidak dapat dipisahkan dari Sinterklas. Legenda tentang sinterklas banyak yang mengaitkan dengan St. Nikolas, seorang Uskup dari Myra di kota Licia, sebuah provinsi di Asia kecil.St. Nikolas adalah uskup yang peduli dengan orang yang miskin dan tertindas. Pada saat Gereja mengalami masa-masa sulit akibat penganiayaan, St. Nikolas tidak pernah lelah untuk menguatkan umatnya dan juga melindunginya dari bidaah-bidaah. Tidak banyak fakta yang pasti mengenai hidupnya, namun ada satu cerita yang sangat populer mengenai St. Nikolas yang nampaknya menjadi asal mula dari legenda sinterklas. Ketika ada seorang ayah yang ingin menjual 3 anak perempuannya ke tempat pelacuran karena tidak bisa membayar mas kawin untuk anaknya yang sudah harus menikah, St. Nikolas diam-diam menaruh kantong berisi emas di jendela rumah orang tersebut dalam 3 kesempatan berbeda. Kebaikannya ini kemudian menjadi legenda munculnya sinterklas. Pesta perayaan St. Nikolas diperingati setiap tanggal 6 Desember.

St. Maximilianus Mary Kolbe (1894-1941)

Nama baptisnya adalah Raymond. Lahir pada 8 Januari 1884 di sebuah desa bernama Zdunsk, Wola di Polandia.Raymond adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara yang masih hidup. Dua lainnya meninggal waktu masih kecil. Orang tuanya bernama Julis dan Maria. Ketika perang dunia I pecah pada tahun 1914, ayahnya bergabung dengan tentara, namun tertangkap oleh Rusia dan digantung. Ibunya bekerja sebagai perawat dan mengelola toko. Setelah suaminya meninggal dan anak-anaknya dapat hidup mandiri, ibunya tinggal di biara Felician Sisters di Cracow.
Saat remaja, Rayomnd adalah anak yang sangat aktif namun terkadang menyusahkan ibunya hingga ibunya bertanya akan jadi apa dirinya kelak. Mendengar pertanyaan ibunya, Raymond berdoa pada Bunda Maria apa yang harus dia lakukan saat dewasa. Bunda MAria menawarinya dua mahkota berwarna putih (kemurnian) dan merah (kemartiran) dan Raymond mengambil keduanya. Sejak saat itu Raymond berubah menjadi anak yang lebih pendiam dan sangat suka berdoa.
Ketika berusia 13 tahun, Raymond masuk seminari Fransiscan di Lwow. Tahun 1912 Raymond dikirim ke Roma untuk belajar Filsafat dan Teologi. Raymond ditahbiskan di Roma pada tahun 1918. Sesudah penahbisannya, dia mendirikan sebuah kelompok di kalangan biarawan dengan nama "The Knights Of Immaculate" sebagai penghormatan kepada Bunda Maria. Pastor Raymond kemudian kembali ke Polandia dan ditugaskan mengajar filsafat dan sejarah Gereja di seminari Fransiscan di Cracow. Disini dia tetap melanjutkan apa yang telah dirintisnya di Roma, "The Knights Of Immaculate". Dengan seijin Uskup Cracow, Pastor Raymond mengumpulkan orang-orang religius dan awam untuk membentuk kelompok yang bernama "The Militia Of Immaculate" yang tujuannya adalah menaklukkan dunia dengan pertolongan Bunda Maria. Mereka berdoa bersama. Pada Januari 1922 kelompok ini membuat majalah bulanan yang bernama "The Knights Of Immaculate". Pastor Raymond harus berjuang keras dalam mengelola majalah ini, selain karena kekurangan dana juga karena sakit TBC yang dideritanya sejak studi di Roma. Tapi dia tidak pernah menyerah dan ternyata Tuhan juga selalu menolongnya di saat-saat yang tak terduga. Suatu ketika disaat tidak ada uang, pastor Raymond berdoa di Altar Bunda Maria di basilika St. Francis di Cracow. Selesai berdoa Pastor Raymond menemukan amplop berisi uang yang bertuliskan "For you, O Immaculate Mother". Uang itu jumlahnya persis dengan yang dibutuhkan Pastor Raymond saat itu. Dengan usaha keras dan dibantu oleh beberapa biarawan, majalahnya berkembang dengan pesat.
Selain bertugas di seminari dan mengurus majalahnya, Pastor Raymond juga ditugaskan di Paroki di Grodno. Bukan tugas yang ringan dengan kondisi tubuh yang sakit-sakitan tapi semuanya tetap dikerjakan dengan penuh tanggung jawab.Tahun 1927, dengan oplah majalah hingga 70.000 eksemplar, Pastor Raymond memindahkan produksinya di tempat baru di lahan luas dekat Warsawa pemberian pangeran Polandia Jan Drucki-Lubecki. Bersama para biarawan lain, pastor Raymond membangun Kapel, ruang tidur dan kantor administrasi. Mereka menyebut tempat itu "City Of Immaculate", yang semakinlam semakin berkembang dari 2 pastor dan 18 bruder menjadi 650 biarawan dan 122 siswa seminari menengah. 13 dari biarawan tersebut adalah pastor. Tempat yang disebut Niepokolanow menjadi komunitas Fransiskan terbesar di dunia. 17 tahun kemudian, majalah "The Knights of Immaculate" melonjak sirkulasinya menjadi 750.000 sekali terbit, selain itu majalah lain juga mulai diterbitkan.
Ketika pada suatu hari pastor Raymond bertemu dengan rombongan pelajar dari Jepang di kereta api, pastor Raymond tergerak untuk mendirikan "City of Immaculate di Jepang". Pada Februari 1930 tiba di Nagasaki dimana ada banyak umat Kristiani yang selamat dari penganiayaan selama hampir 300 tahun. Rombongan tersebut disambut oleh Uskup Jepang dan Pastor Raymond diminta mengajar di seminari Nagasaki. Dengan bantuan beberapa orang penerjemah, pastor Raymond menerbitkan majalah "the Knights of Immaculate". Karya pastor Raymond dan rekan-rekannya menarik perhatian baik umat kristen maupun non kristen di Jepang. Dalam waktu 4 tahun, komunitas kecil tersebut berkembang dari 5 menjadi 24 biarawan. Pastor Raymond mendirikan seminari menengah dan dalam 6 tahun ada 20 orang Jepang belajar disana. Para Fransiskan menyebut karya mereka di Jepang sebagai "Mugenzai No Sono" atau "The Garden Of The Immaculate". Pastor Raymond mendirikan bangunannya di atas bukit jaduh dari pusat kota dan bangunan ini selamat dari bom atom yang jatuh di Nagasaki tahun 1945.
Pastor Raymond kembali ke Polandia tahun 1936 untuk mengikuti pertemuan komunitas. Karena melihat perkembangan di Jepang, dia bermaksud mendirikan hal serupa di India, namun karena kondisi kesehatan yang lemah. Pastor Raymond diperintahkan untuk tetap tinggal di Niepokolanow. Spiritualitas pastor Raymond berpusat pada Ekaristi dan Bunda Maria juga cinta dan perhatiannya pada orang miskin.
1 September 1939, Hitler dan tentaranya masuk ke Polandia dan perang dunia II dimulai. Ada kampanye untuk memusnahkan kaum inteligen Polandia khususnya para pastor. Pastor Raymond dan beberapa biarawan dipenjara. Penahanan I tidak lama dan pastor Raymond dapat segera kembali ke Niepokolanow. Nazi menguasai tempat itu tapi membolehkan pastor Raymond dan beberapa biarawan untuk tinggal disana, bahkan diberi izin untuk menerbitkan majalahnya. 8 Desember 1940 adalah kali terakhir majalah itu terbit. Bagaimanapun juga Gestapo menganggap pastor Raymond sebagai ancaman dan memenjarakannya lagi di luar Warsawa di sebuah penjara bernama Pawiak. Para biarawan berdoa untuk kebebasannya dan menawarkan 20 bruder sebagai ganti tapi ditolak. Di dalam penjara pastor Raymond masih dapat menulis surat untuk para biarawan untuk menguatkan mereka. Pada 28 Mei 1941, pastor Raymond mendapat serangan TBC dan dipindahkan bersama 304 tahanan lainnya ke Auschwitz. Di penjara pastor yang lemah itu harus menarik gerobak berisi batu kerikil sebagai bahan konstruksi bangunan krematorium.
Di tengah berbagai siksaan pastor Raymond tetap tenang dan tidak pernah sedikitpun memperlihatkan kebencian pada para penyiksanya, bahkan dia selalu menguatkan tahanan lainnya. Pastor Raymond sering mengajak mereka berdoa bersama. Yang membuat pastor Raymond termasyur adalah keberaniannya menggantikan seorang tawanan lain yang akan dieksekusi. Peristiwa itu terjadi pada 30 Juli 1941 saat seorang tahanan lepas dan penjaga akan mengambil sandera sebagai ganti tahanan yang kabur. 10 orang harus mati kelaparan di bunker. Salah satunya adalah sersan Francis Gajowniczek, yang kemudian digantikan oleh pastor Raymond. Pastor Raymond diletakkan di bunker tanpa makan dan minum. Pastor Raymond masih bisa mengajak tahanan lain untuk berdoa dan bernyanyi. Pada 14 Agustus 1941 pastor Raymond disuntik mati dan esoknya jenasahnya dikremasi.
Pastor Raymond dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 10 Oktober 1982. Pesta perayaannya jatuh pada setiap tanggal 14 Agustus.

St. Herman Yosef (1150-1241)

Sejak kecil, Herman Yosef sangat suka berdoa. Dia menganggap Yesus dan Bunda Maria sebagai teman akrabnya. Dia sering pergi ke Gereja untuk berdoa dan menceritakan pengalamannya. Suatu hari Herman hendak berangkat ke sekolah dengan agak tergesa karena hampir terlambat. Ayahnya memberi Herman sebuah apel sebagai bekal. Sambil berlari, Herman sudah membayangkan makan apel yang lezat. Herman berasal dari keluarga yang sangat sederhana, maka apel menjadi makanan yang berharga untuknya. Tapi kemudian dia teringat seorang sahabatnya dan Herman ingin memberikan apel itu padanya. Herman terus bergegas ke sekolah, namun ketika mendekati Gereja, Herman berubah pikiran lagi. Dia akan mempersembahkan apel miliknya untuk bayi Yeses. Herman masuk dan mencoba menyerahkan apel itu pada bayi Yesus yang digendong oleh Bunda Maria, namun Herman terlalu pendek. Dia tidak bisa menjangkaunya. Herman mencob melompat, namun tetap tidak bisa menjangkau Bayi Yesus. Tiba-tiba Bunda Maria memandang Herman dengan penuh kasih lalu mengambil apel itu. Herman sangat senang, lalu bergegas pergi ke sekolah.
Pernah juga Herman datang ke Gereja tanpa memakai sepatu di udara yang sangat dingin. Bunda Maria lalu menunjuk pada sebuah ubin. Herman membalik ubin itu dan menemukan uang yang cukup untuk membeli sepatu. Sejak saat itu setiap kali Herman membutuhkan sesuatu, Herman akan menemukan uang disitu. Pada umur 12 tahun, Herman masuk biara atas permintaan Bunda Maria dan diterima sebagai calon Novis walaupun usianya masih sangat muda. Atas permintaan Bunda Maria, dia menambah namanya menjadi Herman Yosef. Hidupnya diabdikan untuk berdoa, matiraga dan belajar. Setelah menjadi imam, Herman YOsef adalah imam yang sangat rajin. Herman Yosef meninggal pada usia 90 tahun dan dikanonisasi oleh Paus Pius XII pada tahun 1958.
St. Herman Yosef merupakan pelindung anak-anak sekolah.

Metanoia

Di Burma, pernah hidup seorang gadis penari yang sangat cantik bernama Ma Hla Mee yang artinya: "Kecantikan yang sempurna". Ia menjadi puteri pujaan di negerinya bahkan kemudian menjadi kekasih pangeran Sanba. Tapi sayang, dia kemudian terserang kusta. Pada waktu itu dia hampir bunuh diri. Kemudian ia mengambil keputusan untuk pergi ke rumah sakit kusta di Mandalay untuk menguburkan dirinya disana. Tetapi ia salah duga, seluruh penghuni rumah sakit Mandalay tampak sakit dan gembira, karena mereka beriman pada Kristus yang telah bangkit dan karena persaudaraan umat manusia yang abadi. Penyakit yang mereka derita sangat mengerikan, tapi mereka hidup penuh kerukunan dan rasa persaudaraan. Mereka percaya Tuhan tidak melupakan mereka dan kehidupan yang abadi sedang menanti mereka.
Ma Hla Mee bertekad untuk hidup disana. Ia mulai menolong para penderita lain dengan gembira dan itu dibuatnya bertahun-tahun. Ketika ia berusia 80 tahun matanya menjadi buta karena dirongrong penyakitnya. Namun kegembiraannya tidak pernah surut. Ia tidak cantik seperti dulu, tapi hatinya senantiasa berbunga oleh kebahagiaan. Ia tidak memikirkan dirinya dan penyakitnya. Kematian baginya bukan soal lagi. Ia sudah mengatasi penderitaan dan kematian. Imannya akan Kristus telah mengalahkan penderitaan dan kematian.


Diambil dari buku "Percikan Kisah-Kisah Anak Manusia" (Rm. Yosef Lalu, Pr.)

St. Gema Galgani (1878-1903)

Lahir pada tanggal 12 Maret 1878, di dusun Camigliano, Italia. Gema memiliki tujuh orang saudara. Saat usianya yang ketujuh, ibunya meninggal. Gema bersekolah di tempat yang dikelola oleh suster-suster St. Zita. Dia adalah murid yang sangat cerdas dan dicintai oleh semua orang, namun karena sakit Gema harus berhenti sekolah. Pada saat usianya 19 tahun ayahnya meninggal menyusul ibunya karena sakit akibat mengalami kebangkrutan. Gema harus berperan sebagai ibu bagi saudara-saudaranya. Meski begitu dia menjalaninya dengan penuh ketulusan. Gema juga seorang yang sangat saleh. Dia rajin berdoa dan selalu menolong orang yang membutuhkan.
Ketika adik-adiknya sudah mulai besar dan mandiri, Gema tinggal bersama seorang bibinya. Banyak pemuda yang ingin menikahinya, namun Gema ingin mengabdikan hidupya semata-mata untuk Tuhan. Gema kemudian kembali ke rumah. Gema sebenarnya ingin menjadi biarawati, namun karena penyakit meningitis, niatnya menjadi terhalang. Gema kemudian berdoa dengan perantaraan St.Gabriel Possenti dan penyakitnya bisa disembuhkan. Pada 8 Juni 1899, Gema menerima anugerah stigmata. Setiap kamis malam, Gema jatuh kesakitan dan bekas lukanya akan muncul sampai jumat siang atau sabtu pagi saat pendarahannya berhenti. Peristiwa ini terjadi hingga 3 tahun dan walaupun sesudah itu dia tidak mengalami kesakitan tapi bekasnya tetap ada di kulitnya hingga dia meninggal. Gema kemudian tinggal bersama keluarga Gianini dimana dia dapat hidup lebih tenang daripada di rumahnya. Gema dapat berbicara dengan malaikat pelindungnya dan menyuruhnya menyampaikan pesan pada pembimbing rohaninya di Roma.
Gema didiagnosa TBC pada Januari 1903 dan meninggal pada 11 April 1903 pada usia tahun. Dia dibeatifikasi pada tahun 1933 dan dikanonisasi pada tahun 1940. Pesta perayaannya jatuh pada setiap tanggal 11 April.

Senin, 09 Juni 2008

St. Dionisius Agung (265)

St. Dionisius Agung adalah Uskup Alexandria (Mesir). Lahir di Mesir dan awalnya bukan seorang kristiani. St. Dionisus bertobat dan masuk Kristen setelah mendapat suatu panglihatan. Dia kemudian masuk sekolah katekis. Tahun 247 diangkat menjadi Uskup Alexandria. St. Dionisius terpaksa mengungsi beberapa kali ke gurun Libia saat terjadi pengejaran besar-besaran terhadap anggota Gereja. Pada tahun 249, setelah pengasingannya yang kedua, St. Dionisius kembali ke Alexandria dan mendapati banyak warga terserang wabah tipus. St. Dionisius banyak membantu para korban tersebut dan melindungi para umat kristiani. St. Dionisius dijuluki oleh St. Athanisius Agung sebagai "Guru Gereja Katolik". Pesta perayaannya jatuh pada setiap tanggal 17 November.

St. Bonifasius (675-754)- Uskup, Misionaris dan Martir

Nama kecilnya adalah Winfred. Dia adalah putra seorang bangsawan di Inggris. setelah dewasa Winfred menjadi biarawan Benediktin. Pada tahun 719, Winfred dikirim ke Jerman atas perintah Paus Gregory II. Saat itu sebagian besar penduduk Jerman belum mengenal Yesus. Pada tahun 722 ketika Winfred sedang berkunjung ke Roma, Paus memintanya untuk membenahi berbagai hal dalam gereja di Jerman. Winfred kemudian diberi nama oleh Paus menjadi Bonifasius. Di Jerman Bonifasius membentuk keuskupan-keuskupan dan membawahi 13 keuskupan. Selain itu dia juga banyak menghasilkan perubahan-perubahan gemilang terutama dalam mempertobatkan rakyat Jerman yang menyembah berhala untuk menjadi pengikut Kristus. Bonifasius berusaha mengembalikan kepatuhan para rohaniwan pada Paus dan mendirikan banyak pertapaan Benediktin sebagai tempat doa.
Pada usianya yang ke-73. Bonifasius beralih ke Frisia namun dia tidak diterima. Bersama 52 orang pengikutnya, ia dibunuh dengan pedang. Bonifasius waktu itu mencoba melindungi kepalanya dengan Alkitab, namun pedang membelah Alkitab itu dan membunuhnya. Maka Santo ini dilambangkan dengan seorang Uskup dengan Alkitab yang ditusuk pedang.
Legenda menceritakan bahwa tradisi memasang pohon Natal berasal dari Santo ini. Waktu itu St. Bonofasius sedang berkunjung ke Hesse dan melihat sekelompok porang yang hendak mengorbankan seorang anak kecil bagi dewa yang tinggal di pohon. St. Bonifasius berusaha mencegahnya. Dia mengatakan bahwa para dewa tidak berdaya. St. Bonifasius menebang pohon itu dan memang tidak terjadi apapun padanya. Masyarakat disana menjadi percaya dan menjadi pengikut Kristus. Pesta perayaan St. Bonifasius dirayakan setiap tanggal 5 Juni.

Beata Kateri Tekakwitha (1656-1680)

Kateri Tekakwitha adalah warga pribumi asli Amerika pertama yang menjadi beata. Lahir di kota Auriesville, New York. Beberapa tahun sebelum Kateri lahir, Pater Isaac Joques, seorang imam Jesuit yang berkarya di tengah suku Indian dan beberapa pengikutnya dibunuh oleh orang Indian. Ibu KAteri, Kahenta adalah suku Indian Algonguin yang saat itu bermusuhan dengan suku Indian Mohawk. Kahenta melalui Pater Isaac telah mengenal Yesus dan ajaran-ajarannya. Suatu hari Kahenta diculik oleh suku Indian Mohawk dan dipaksa menikah dengan kepala sukunya. Kahenta kemudian melahirkan Kateri. Beruntung, ibunya mendidik Kateri dengan baik dan mengajarkannya tentang Kristus.
Kateri menjadi yatim piatu pada usia 4 tahun karena orang tuanya terkena wabah cacar. Kateri juga terkena wabah namun dapat disembuhkan, walaupun bekasnya masih nampak di wajahnya. Kateri kemudian dirawat oleh pamannya. Mereka adalah orang-orang yang belum mengenal Kristus, namun berkat ajaran ibunya Kateri tetap rajin berdoa pada Yesus. Paman bibinya sangat marah ketika Kateri menolak lamaran seorang pria karena Kateri mau menyerahkan hidupnya sepenuhnya pada Yesus dengan tidak menikah. Dia kemudian diusir ke tengah hutan. Kateri tinggal sendiri di sebuah pondok di tengah hutan. Di tempat itu Kateri justru semakin rajin dalam berdoa.
Tuhan sepertinya mengutus Pastor Lambertville untuk membaptis Kateri. Pada tahun 1676, pastor tersebut sedang melewati hutan dan dia tertarik untuk melihat pondok tempat Kateri tinggal. Pastor Lambertville kemudian mengajar Kateri dan membaptisnya pada hari minggu Palma 1677. Kateri menerima komuni pertama pada hari Natal tahun 1677. Sesudah dibaptis, Kateri pindah ke koloni Kristen Indian Di Kanada. Kateri ingin menjadi biarawati tapi tidak diijinkan dengan berbagai alasan, namun dia diijinkan berkaul keperawanan pada tanggal 25 Maret 1679.
Kateri mendedikasikan hidupnya untuk doa dan Ekaristi. Dia juga banyak melakukan mati raga sehingga badannya menjadi kurus. Kateri meninggal pada 7 april 1680. Pada saat meninggal, wajahnya yang semula dipenuhi bekas cacar, secara ajaib bekas itu hilang tak berbekas. Kateri dibeatifikasi pada tahun 1986. Kateri dikenal sebagai "Bunga lili bangsa Mohawk" dan menjadi pelindung lingkungan hidup. Pestanya dirayakan setiap tanggal 14 Juli.

St. Isodorus Petani (1070-1130)

Jalan hidupnya nampaknya biasa-biasa saja sebagai seorang petani di Madrid, Spanyol. Namun dia banyak mengalami keajaiban. Dia sering mengalami penglihatan dan konon kabarnya malaikat-malaikat kadang membantunya di ladang. St. Isodorus sangat gemar berdoa, dia tidak pernah lupa untuk mengikuti misa pagi dan waktu liburnya dihabiskan untuk mengunjungi gereja-geraja. St. Isodorus mempunyai istri yang bernama Maria de la Cabeza yang kemudian manjadi santa. Mereka hanya memiliki satu anak namun anaknya meninggal.
St. Isodorus walaupun hidup sangat sederhana, namun dia banyak memberikan teladan baik bagi orang di sekitarnya. Hidupnya senantiasa dipenuhi oleh kasih, baik terhadap Tuhan, sesama maupun binatang. St. Isodorus meninggal pada 15 Mei 1130. Dikanonisasi pada tahun 1622 bersama dengan Ignatius Loyola, Fransiscus Xaverius, Teresia Avila dan Philipus Neri. St. Isodorus merupakan pelindung petani dan komunitas desa di Spanyol dan Amerika Serikat. Makamnya terletak di Gereja St. Andreas, Madrid Spanyol.
Pesta perayaannya adalah setiap tanggal 15 Mei.

St. Paulus Miki (1564-1597) dan Kawan-kawan

Paulus Miki adalah seorang imam Jesuit pertama asli Jepang yang digantung di salib bersama 25 orang lainnya baik pastor maupun kaum awam. Mereka dihukum mati pada 5 Februari 1597 karena tidak mau mengingkari Yesus dibawah perintah Toyotomi Hideyoshi atas nama kaisar Jepang.
Paulus Miki adalah anak seorang militer Jepang yang lahir di Tounucumada di Jepang. Paulus Miki bersekolah di sekolah milik Jesuit dan menjadi seorang Pastor Jesuit pada tahun 1580. Dia sangat terkenal karena kemampuannya berkhotbah. Diantara 25 orang dieksekusi adalah seorang tukang kayu bernama Francis yang sebenarnya sedang menyaksikan eksekusi namun akhirnya ikut dieksekusi. Gabriel (19 tahun) anak seorang pesuruh Fransiscan. Leo Kinuya (28 tahun) tukang kayu dari Miyako. Diego Kisai yang bekerja pada pastor Jesuit. Joachim Sakibara, tukang masak para Fransiscan. Peter Sukejiro yang dikirim oleh Jesuit untuk menolong para tawanan. Cosmas Takeya dari Owari. Ventura dari Miyako yang dibaptis oleh Jesuit, dia sebenarnya sempat meninggalkan imannya setelah ayahnya meninggal namun bertobat setelah dibimbing kembali oleh para Fransiscan. Ke-26 martir tersebut dibeatifikasi pada tahun 1627 dan dikanonisasi pada tahun 1862. Setelah kepergian para martir para umat Kristen di Nagasaki tetap berpegang pada keyakinannya secara diam-diam hingga tiga abad kemudian ketika para misionarias kembali di Nagasaki pada tahun 1860.
Pesta perayaan St. Paulus Miki dan kawan-kawannya jatuh setiap tanggal 6 Februari.

Minggu, 08 Juni 2008

Penghayatan dalam Ekaristi

Saya ingat waktu masih kecil, jika saya sedang mengikuti misa bersama dengan keluarga, saya merasa begitu bosan dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Jika ada kesempatan, saya akan pergi berjalan-jalan keluar dan menghirup udara segar, tapi itupun tidak terlalu sering saya lakukan karena ibu pasti akan mengajak saya untuk duduk tenang di dalam Gereja. Saat duduk di bangku sekolah dasar, saya sering menolak ajakan orang tua untuk pergi ke Gereja dengan berbagai alasan dan memang waktu itu perayaan Ekaristi bagiku tidak memiliki arti apa-apa, selain hanya untuk memenuhi kewajiban sebagai orang Katolik, lagipula saya takut berdosa.

Kemudian menginjak masa SMU saya mulai menyukai lagu-lagu yang dinyanyikan oleh paduan suara dan inilah yang menyebabkan perayaan Ekaristi tidak begitu membosankan seperti ketika waktu masih kecil. Namun tetap saja kalau koor yang bertugas saat itu kurang begitu bagus saya akan mulai merasa tersiksa. Saya agak lupa kenapa pada akhir masa SMA, saya mulai rajin dan tidak harus dipaksa lagi untuk pergi ke Gereja. Mungkin salah satu sebabnya adalah karena saya saat itu mulai bergabung dengan Forum Kontak Pelajar Katolik di Semarang dan pelayanan Sosial "Garam" yang membuatku banyak mengenal biarawan. Saya mulai merasakan sedikit demi sedikit arti pentingnya Ekaristi dan mulai menghayati mulai dari bacaan kitab suci, kotbah dari Pastor, lagu-lagunya dan setiap urutan dari liturgi Ekaristi yang masing-masing memiliki maknanya sendiri.

Setelah saya mulai kuliah saya mulai merasakan ketenangan ketika saya mengikuti perayaan Ekaristi dan ada kerinduan yang mendalam untuk semakin sering mengikuti misa, maka saya sesekali mengikuti misa harian. Memang untuk menghayati Ekaristi tidak hanya sebagai perayaan wajib belaka namun merupakan perwujudan dari kerinduan kita untuk bertemu Yesus dan merasakan kehadiarannya lewat hosti suci yang kita santap tidaklah mudah. Butuh waktu bertahun-tahun bagiku untuk dapat sampai pada tahap itu dan bahkan sekarang pun saya terkadang masih terlalu memperhatikan hal-hal remeh. Misalnya saya melihat dulu siapa pastornya atau siapa yang bertugas sebagai paduan suara, atau saya memilih untuk ke paroki yang perayaan Ekaristinya berlangsung dengan cepat. Tapi terlepas dari semua itu saya terus berusaha untuk dapat terus merayakan Ekaristi dengan layak. Saya mencoba untuk membawanya dalam doa dan ditambah dengan adorasi di depan sakramen Mahakudus.

Saya menulis ini karena saya sering mendengar bahwa ada beberapa orang yang mengeluh ketika mengikuti Misa dengan berbagai alasan. Kotbahnya yang membosankan, liturginya yang terlalu lama, koornya yang jelek atau karena tidak menyukai Pastor dalam suatu paroki. Ini memang alasan yang manusiawi, bahkan saya rasa sebagian besar umat katolik juga menyadarinya. Ada juga yang mengatakan bahwa berdoa bisa dimana saja tidak hanya di Gereja saja.Untuk semua alasan tersebut saya hanya bisa mengatakan bahwa perayaan Ekaristi adalah puncak dari kehidupan iman kita sebagai umat Katolik karena disanalah kita mengenangkan kembali perjamuan terakhir seperti yang diperintahkan oleh Yesus sendiri. Dan Yesus memang sungguh-sungguh hadir dalam hosti suci. Adalah sebuah anugerah untuk dapat merasakan kehadiran Yesus dalam perayaan Ekaristi,namun kita juga harus mengusahakannya dengan berdoa dan juga membaca kitab suci, kita juga bisa membaca kesaksian mereka yang diubahkan hidupnya melalui Ekaristi. Kita mengikuti perayaan Ekaristi adalah untuk bertemu dengan Yesus sang Juruselamat dan ketika kita merayakannya, kita bergabung dengan pera malaikat dan orang kudus di surga dan terutama dengan Bunda Yesus, Maria. Terlepas dari siapa imam yang memimpin, sebaik apakah para petugasnya, kita harus mengesampingkan semua itu dan sungguh-sungguh larut dalam perayaan Ekaristi. Berdoalah dan mohonlah pada Tuhan untuk menumbuhkan dalam hati kita kerinduan akan Ekaristi.

Sabtu, 07 Juni 2008

Mengembalikan Milik Orang

Aktor kenamaan Burt Lancaster, waktu kecil adalah seorang anak miskin dari New York. Ada suatu kenangan tak terlupakan di masa kecilnya. Pada suatu hari, ia menemukan uang $20 di jalan yang pada waktu itu nilainya cukup besar. Ia sudah membayangkan barang-barang yang akan ia beli dengan uang tersebut. Kemudian ia melihat seorang wanita tua yang sangat sederhana datang tergopoh-gopoh dan mencari sesuatu di tempat ia memungut uang. Dengan wajah sedih wanita itu berkata : "Anak manis apa engkau melihat uang $20 di jalan ini? Saya merasa terjatuh disini. Apa jadinya kalau uang itu tidak kutamukan?" Wanita itu lalu menangis. Hati nurani Burt bergejolak. Apakah ia harus mengembalikan uang itu dan segala keinginannya terhapus begitu saja? Tapi akhirnya tangannya terulur kepada wanit itu dan berkata dengan mantap : "Ini uangnya nyonya, saya telah menemukannya." Dengan tangan gemetar nyonya tua itu menerima uangnya, lalu memeluk dan mengecup dahi Burt dengan sangat bahagia. Kemudian, setelah menjadi orangyang sangat terkenal, Burt Lancaster bercerita bahwa peristiwa di masa kecil itulah peristiwa yang paling membahagiakan dalam hidupnya.